Nama beliau adalah Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Jamaluddin Abdullah bin Ali Al-Kharasyi Al-Asy'ari Al-Maliki Al-Azhari. Beliau lahir pada tahun 1.010 H (1.601 M) di sebuah desa yang bernama Abu Kharasy, yang kemudian beliau dinisbatkan kepadanya.
Abu Kharasy merupakan sebuah kampung yang terletak di distrik Ar-Rahmaniyah di Provinsi al-Buhairoh. Sebagian ulama' mengatakan Khirosyi (dengan kasroh huruf kha'), namun yang lebih shohih sebagaimana disebutkan oleh Syekh Murtadha Az Zabidi dalam kitabnya Tajul Arus, dengan dibaca fathah kha'nya. Nisbah al-Maliki menunjukkan bahwa secara madzhab beliau mengikuti madzhab Maliki.
Para sejarawan tidak banyak merekam masa pertumbuhan dan belajar beliau, karena beliau masyhur setelah menjadi orang besar. Namun, kita bisa melacak masa pertumbuhan dan belajar beliau dari beberapa guru-guru beliau yang diantaranya, :
- Syekh Jamaluddin Abdullah bin Ali Al-Kharasyi (ayah beliau sendiri)
- Syekh al-Allamah Burhanuddin Ibrohim al-Laqqani (Pengarang Nadzam Jauharotut Tauhid), dimana beliau berdua (Ayah dan Syekh al-Laqqani, mendapat ilmu pengetahuan serta meriwayatkannya dari Syekh Salim As-Sanhuri dari An-Najm al-Ghaithi dari Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshori dari Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-As'qalani dengan sanadnya dari Al-Imam Al-Bukhori.
- Syaikh Al-Ujhuri
- Syaikh Yusuf Al-Ghalisyi
- Syaikh Abdul Mu'thi al-Bashir
- Syaikh Yasin as-Syami
Beliau banyak belajar ilmu-ilmu yang menjadi muqarror di Al-Azhar saat itu, seperti Tafsir, Hadis, Tauhid, Tashowwuf, Fiqh, Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, Nahwu, Shorf, Arudh, Ma'ani dan Bayan, Badi' dan Adab, Tarikh, Shiroh Nabawiyah, Mantiq, dan ilmu-ilmu lainnya kepada para pakarnya saat itu.
Murid-murid beliau sangat banyak. Ini sangat wajar karena beliau dikaruniai umur panjang dan ilmu yang sangat luas. Diantaranya adalah :
- Syekh Ahmad Al-Laqqani
- Syekh Muhammad bin Abdul Baqi Az-Zurqani (Pensyarah kitab al-Muwattho')
- Syekh Ali Al-Laqqani
- Syekh Syamsuddin Al-Laqqani
- Syekh Daud Al-Laqqani
- Syekh Muhammad An-Nafrowi
- Syekh Ahmad An-Nafrowi
- Syekh As-Syabrohiti
- Syekh Ahmad Al-Fayyumi
- Syekh Abdul Baqi Al-Qillini (Syaikhul Azhar ke-4)
- Syekh Ibrohim bin Musa al-Fayyumi (Syaikhul Azhar ke-6)
- Syekh Abu Hamid Ad-Dimyati
- Syekh Ahmad Ad-Dairobi (Pengarang kitab Mujarrobat Dairobi) dan masih banyak lagi.
Syekh Al-Kharasyi merupakan seorang Syaikh yang luas keilmuannya, karenanya beliau banyak meninggalkan karya-karya luar biasa, diantaranya :
- Risalah fi al-Basmalah
- As-Syarh al-Kabir ala Matn Khalil dalam bidang fiqh Maliki
- As-Syarh as-Shaghir li Mukhtashor Khalil ala Matn Khalil
- Muntaha ar-Raghbah fi halli alfadz an-Nukhbah (Syarh pada kutab Nukhbah al-Fikr karya Al-Imam Ibnu Hajat Al-As'qalani dalam bidang Mustholah Hadis)
- Al-Faroid as-Saniyah fi halli alfadz as-Sanusiyah fi at-Tauhid
- Al-Anwar al-Qudsiyah fi al-Faroid al-Kharasyiyah (Syarh akidah Sanusiyah as-Shughra yang diberi nama Ummul Barohin)
- Hasyiyah ala Syarh as-Syaikh Ali Isaghuji dalam bidang mantiq
KEISTIMEWAAN
Di samping dikenal sebagai Ahli ilmu, beliau juga dikenal sebagai orang yang mempunyai tingkat ketakwaan tinggi. Beliau juga dikenal sangat tawaduk, dermawan, dan juga sangat pemberani. Hal ini yang kemudian menjadikan beliau dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat, baik tingkat lokal maupun belahan dunia Islam. Sifat itu kemudian diikuti oleh para muridnya.
Beliau terkenal sangat tegas terhadap para penindas nan zalim, baik dari kalangan para penguasa maupun yang lainnya. Beliau tidak takut untuk menyuarakan hak. Beliau juga senantiasa membantu orang yang tertindas dan berdiri di sampingnya sampai si penindas mengembalikan hak kepada yang tertindas. Beliau tidak pernah menolak aduan dari masyarakat tanpa memandang status sosial mereka.
Keistimewaan dan keutamaan inilah yang kemudian menjadikan masyarakat Mesir, pada khususnya, menaruh kepercayaan kepada beliau dalam menangani masalah agama, sosial, ekonomi maupun hukum. Sehingga banyak masyarakat maupun pejabat yang sedang didera berbagai masalah itu, sowan kepada beliau dengan harapan masalahnya bisa menemui jalan terang. Maka wajar jika sampai saat ini masih sering terdengar ungkapan “yā Kharasyī“. Biasanya ungkapan ini terucap jika seseorang sedang didera sebuah masalah sebagai bentuk istighāsah. dan masih banyak lagi kisah tentang beliau terimakasih sekian dari saya muhamad faiz ramadhan
Komentar
Posting Komentar